UJI REGRESI LINEAR BERGANDA
Setelah kita melewati uji validitas dan uji reliabilitas langkah selanjutnya adalah uju regresi linear berganda (bagi yang belum melakukan uji aliditas dan uji reliabilitas bisa klik disini), disebut berganda karena dalam uji regresi kita melibatkan variabel dependen lebih dari satu variabel sehingga disebut sebagai uji regresi linear berganda.
Buka
SPSS lalu pilih variabel view , isi name dengan judul total setiap
variabel seperti contoh berikut:
Langkah selanjutnya pilih data view dan copy semua data total
setiap variabel dari excel ke data view. Lalu pilih pada menu analyze –
regression – linier (klik) maka keluar taks bar linier regression lalu
masukan semua variabel dependen ke dependen dan variabel independen ke
independen.
Lalu klik statistic
muncul taks bar selanjutnya centang estimate, model fit, descriptive, part and
partial correlations, collinearity diagnostics dan diakhiri dengan klik
continue.
Kembali lagi ke taks bar linear regression klik plot, masukan *sresid
pada “Y” dan *zpred pada “X”lalu centang histogram dan normal probability plot
lalu klik continue.
Klik
save, pada predicted values dan residuals centanglah icon seperti gambar
dibawah ini. Lalu klik continue dan akan kembali ke task bar linear regression
selanjutnya tekan ok untuk melihat data output hasil regresi.
Dari langkah yang sudah dilakukan diatas akan menghasilkan output seluruh analisis regresi yang diperlukan, cara membacanya sebagai berikut:
Uji Normalitas
Dengan melihat tampilan grafik histogram,
terlihat bahwa kurva dependent dan regression standardized residual
membentuk gambar seperti lonceng. Oleh karena itu maka dapat disimpulkan bahwa
data yang digunakan merupakan data yang terdistribusi secara normal. Kemudian
pada grafik normal P-Plot terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal yang juga mengindikasikan bahwa data yang digunakan merupakan data
yang terdistribusi secara normal, sehingga analisis regresi layak digunakan.
UJI MULTIKOLINIERITAS
Coefficientsa
|
|||||||||||||
Model
|
Collinearity Statistics
|
||||||||||||
Tolerance
|
VIF
|
||||||||||||
1
|
(Constant)
|
||||||||||||
GKTTL
|
.987
|
1.013
|
|||||||||||
BOTTL
|
.987
|
1.013
|
|||||||||||
a. Dependent
Variable: KJTTL
|
|||||||||||||
Untuk
melakukan uji multikolinieritas dalam penelitian ini digunakan uji
Multikolinieritas dengan TOL (Tolerance)
dan Variance Inflation Factor (VIF).
Jika nilai VIF tidak lebih dari 10, maka model dinyatakan terbebas dari gejala
multikolinier.
Dari tabel Coefficients di atas, dapat dilihat
bahwa nilai VIF (Variance Inflation
Factor) masing-masing variabel independen adalah sebesar 1,013 untuk Gaya
Kepemimpinan (GK), 1,013 untuk Budaya Organosasi (BO), yang berarti lebih kecil dari 10, sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi yang terbentuk terbebas dari masalah
multikolinieritas.
UJI HETEROSKESDASTISITAS
Untuk
melakukan heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat grafik
scatter plot. Dalam grafik scatter plot, titik yang terbentuk harus
menyebar secara acak, tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu
Y, bila kondisi ini terpenuhi, maka tidak terjadi kondisi heteroskedastisitas
dan model regresi layak digunakan.
Dari
grafik scatter plot terlihat bahwa
titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi
yang terbentuk tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.
Coefficientsa
|
|||||||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Correlations
|
Collinearity Statistics
|
|||||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Zero-order
|
Partial
|
Part
|
Tolerance
|
VIF
|
||||
1
|
(Constant)
|
26.005
|
10.662
|
2.439
|
.019
|
||||||
GKTTL
|
.882
|
.168
|
.619
|
5.252
|
.000
|
.619
|
.616
|
.615
|
.987
|
1.013
|
|
BOTTL
|
-.003
|
.242
|
-.001
|
-.011
|
.991
|
-.072
|
-.002
|
-.001
|
.987
|
1.013
|
|
a. Dependent
Variable: KJTTL
|
Dari tabel di
atas, persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Y = 26,005 + 0,882X1
- 0,003X2 + e
Persamaan
Regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
Berdasarkan
tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai Constanta
sebesar 26,005 yang berarti bila
semua variabel independen yang terdiri dari Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
bernilai 0, maka Kineja/Prestasi Organisasi akan bernilai 26,005.
b.
Koefisien
regresi variabel Gaya Kepemimpinan (X1) adalah sebesar 0,882, yang berarti
bahwa jika variabel Gaya Kepemimpinan mengalami kenaikan sebesar 1 satuan
sementara variabel independen lain nilainya tetap, maka akan menaikan nilai
variabel Kinerja Organisasi (Y) sebesar 0,882.
c.
Koefisien
regresi variabel Budaya Organisasi (X2) adalah sebesar -0,003, yang berarti
bahwa jika variabel Sistem Budaya Organisasi mengalami kenaikan sebesar 1
satuan sementara variabel independen lain nilainya tetap, maka akan menurunkan
nilai variabel Kinerja Organisasi (Y) sebesar 0,003.
ANALISIS
KORELASI
Correlations
|
||||
KJTTL
|
GKTTL
|
BOTTL
|
||
Pearson Correlation
|
KJTTL
|
1.000
|
.619
|
-.072
|
GKTTL
|
.619
|
1.000
|
-.115
|
|
BOTTL
|
-.072
|
-.115
|
1.000
|
|
Sig. (1-tailed)
|
KJTTL
|
.
|
.000
|
.313
|
GKTTL
|
.000
|
.
|
.219
|
|
BOTTL
|
.313
|
.219
|
.
|
|
N
|
KJTTL
|
48
|
48
|
48
|
GKTTL
|
48
|
48
|
48
|
|
BOTTL
|
48
|
48
|
48
|
Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang
tidak menunjukan hubungan fungsional. Berdasarkan tabel di atas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a.
Hubungan
atau korelasi antara Gaya Kepemimpinan (X1) dengan Kinerja Organisasi (Y)
adalah sebesar 0,619 yang berarti korelasi kuat. Arah hubungan korelasi yang
ada adalah arah hubungan positif yang berarti pada saat Gaya Kepemimpinan (X1)
mengalami kenaikan, maka Kinerja Organisasi (Y) akan mengalami kenaikan dan
sebaliknya. Nilai signifikasi yang ada adalah 0,000 < 0,05 yang berarti
korelasi yang ada adalah korelasi yang signifikan. Gaya Kepemimpinan yang baik
tentu berkaitan dengan bagaimana mengola organisasi dengan baik yang efeknya
pada kualitas SDM sehingga sangat wajar bila kedua variabel ini memiliki
hubungan yang positif serta signifikan.
b.
Hubungan
atau korelasi antara budaya organisasi (X2) dengan Kinerja Organisasi (Y)
adalah sebesar -0,072 yang berarti korelasi sangat lemah. Arah hubungan
korelasi yang ada adalah arah hubungan negatif yang berarti pada saat Budaya
Organisasi (X2) mengalami kenaikan, maka Kinerja Organisasi (Y) akan mengalami
penurunan dan sebaliknya jika budaya organisasi (X2) mengalami penurunan, maka Kinerja
Organisasi (Y) akan mengalami kenaikan. Nilai signifikasi yang ada adalah 0,313
> 0,05 yang berarti korelasi yang ada adalah korelasi yang tidak signifikan.
Budaya organisasi merupakan norma-norma yang diterapkan oleh perusahaan dalan
menjalankan operasinya. Budaya organisasi mencakup seluruh komponen perusahaan
dalam bersikap dan berperilaku, sedangkan Kinerja/Prestasi Organisasi cenderung
pada kualitas pribadi anggotanya sehingga sangat wajar apabila kedua variabel
ini tidak memiliki hubungan yang signifikan.
KOEFISIEN DETERMINASI (R2)
Koefisien
determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel
tergantungnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan
variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel tergantungnya.
Model Summaryb
|
|||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
1
|
.619a
|
.383
|
.356
|
6.26516
|
1.986
|
a. Predictors:
(Constant), BOTTL, GKTTL
|
|||||
b. Dependent
Variable: KJTTL
|
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
nilai adjusted R-square dari model
regresi yang terbentuk dalam penelitian ini adalah sebesar 0,356 yang
menunjukan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen (Kinerja Organisasi) adalah sebesar 35,6% sisanya sebesar 64,4%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model seperti
kebijakan pemerintah, pengawasan eksternal, tata kelola organiasi, struktur
organisasi dan lain-lain.
PENGUJIAN SECARA SIMULTAN (Uji F)
Untuk melakukan uji F (uji simultan) dalam penelitian ini
dilakukan dengan membanding nilai signifikasi pada tabel ANOVA dengan tingkat
signifikasi yang digunakan (alpha). Apabilai nilai signifikasi lebih kecil dari
nilai alpha, maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen.
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
1097.631
|
2
|
548.816
|
13.982
|
.000a
|
Residual
|
1766.348
|
45
|
39.252
|
|||
Total
|
2863.979
|
47
|
||||
a. Predictors:
(Constant), BOTTL, GKTTL
|
||||||
b. Dependent
Variable: KJTTL
|
Dari hasil output regresi di atas, dapat dilihat bahwa secara simultan
variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
independen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 13,982
sedangkan nilai F tabel adalah dengan df : α,(k-1),(n-k) atau df : 0,05 (3-1),
(48-3) adalah 3,20 yang berarti bahwa F hitung > F tabel. Hal ini juga dapat
dilihat dengan besarnya nilai
probabilitas 0,000 yang berarti lebih kecil dari pada tingkat signifikasi yang
digunakan yaitu 0,05 atau 5 %, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi Kinerja Organisasi. Atau dapat dikatakan bahwa variabel Gaya Kepemimpinan (X1),
Budaya Organisasi (X2), secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel Kinerja Organisasi (Y).
1.
PENGUJIAN
SECARA PARSIAL (UJI t)
Untuk
menguji pengaruh parsial dalam penelitian ini digunakan uji t. Uji t digunakan
untuk menguji pengaruh secara parsial (pervariabel) variabel bebas terhadap
variabel tergantungnya.
Uji t
yang dilakukan menggunakan uji dua sisi (two
tail test), dengan α = 5%, maka diperoleh nilai t tabel sebagai berikut :
t-tabel (t-kritis) = |α ; df = (n-k-1)| = 0,05 , 48-2-1
= 2,014
Selain
membandingkan nilai t tabel dengan t hitung, untuk mengetahui apakah variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dalam penelitian
ini juga dilakukan dengan melihat nilai probabilitas masing-masing variabel
independen. Apabila nilai probabilitas variabel independen lebih kecil dari
tingkat signifikasi yang digunakan yaitu 5% atau 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh signifikan variabel dependen terhadap variabel
independen.
Coefficientsa
|
|||||||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Correlations
|
Collinearity Statistics
|
|||||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Zero-order
|
Partial
|
Part
|
Tolerance
|
VIF
|
||||
1
|
(Constant)
|
26.005
|
10.662
|
2.439
|
.019
|
||||||
GKTTL
|
.882
|
.168
|
.619
|
5.252
|
.000
|
.619
|
.616
|
.615
|
.987
|
1.013
|
|
BOTTL
|
-.003
|
.242
|
-.001
|
-.011
|
.991
|
-.072
|
-.002
|
-.001
|
.987
|
1.013
|
|
a. Dependent
Variable: KJTTL
|
Berdasarkan
tabel diatas, dapat diketahui uji parsial masing-masing variabel pada
penelitian ini sebagai berikut:
I.
Pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1)
terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Nilai
t hitung Gaya Kepemimpinan adalah 5,252 yang berarti lebih besar dari t tabel
2,014 dengan nilai signifikasi 0,000 yang berarti lebih kecil dari tingakat
signifikasi yang digunakan yaitu 0,05 (alpha = 5%), maka dengan demikian
disimpulkan bahwa variabel Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif signifikan
terhadap Kinerja Organisasi.
II.
Pengaruh Budaya Organisasi (X2)
terhadap Kinerja Organiasi (Y)
Nilai t hitung Budaya
Organisasi adalah -0,11 yang berarti lebih kecil dari t tabel 2,014 dengan
nilai signifikasi 0,991 yang berarti lebih besar dari tingakat signifikasi yang
digunakan yaitu 0,05 (alpha = 5%), maka dengan demikian disimpulkan bahwa
variabel Budaya Organisasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
Kinerja Organiasasi. Demikian sekilas tentang pengelolaan data statistik menggunakan SPSS Semoga bermanfaat.
1 komentar:
Olah Data SPSS, AMOS, LISREL
EVIEWS, SMARTPLS, GRETL, STATA, MINITAB dan DEAP 2.1
WhatsApp : +6285227746673
IG : @olahdatasemarang
Post a Comment