Loading...
Tuesday, September 04, 2012

Mencari Kebahagiaan

Mungkin benar orang bijak berkata manusia tidak akan pernah bersyukur menjadi sehat manakala ia belum pernah merasakan sakit dan manusia juga tidak akan pernah merasakan senang menjadi kenyang manakala ia belum pernah merasakan lapar.  Itulah sedikit gambaran bagaimana manusia bisa belajar dari pengalaman yang telah dirasakannya, lalu bagaimana memaknai konsep kebahagiaan? Perlukan lebih dahulu merasakan kesusahan?
Kebahagiaan timbul manakala manusia merasa dirinya nyaman, tenang, dan tidak ada beban secara fisik dan mental yang menghambat dirinya. Namun, dalam konteks tertentu bisa jadi manusia tetap akan bisa bahagia walaupun beban hidup sedang bertumpu dipundaknya, karena inti kebahagiaan bukan soal bagaimana ia menjadi orang kaya dan dihormati, juga bukan soal jabatan yang didapat tapi inti kebahagiaan adalah suasana hati.
Suasana hati yang akrab dengan sebutan mood berkaitan dengan perubahan keadaan manusia, ketika manusia gagal biasanya suasana hati akan berkabung mengikuti kegagalan itu, ketika manusia kecewa karena cinta, kecewa karena sahabat, atau kecewa karena kegagalan pencapaian target, semua itu akan mempengaruhi moodnya dan berujung pada perasaan tidak bahagia.
Suatu ketika teman saya yang sedang putus cinta bertanya, bagaimana memaknai kebahagiaan agar dalam menjalani hari selalu optimis. Kebahagiaan itu datang dari dalam diri sendiri. Salah besar jika ada seseorang mengatakan kebahagiaan mutlak datang dari tuhan, ingatlah tuhan memang punya kehendak tapi alangkah tidak adil bila kebahagiaan mahluknya di dunia juga diaturnya dengan mutlak, maka apabila kebahagiaan mutlak tuhan yang menentukan lalu keberadaan surga dan neraka menjadi tak bermakna lagi karena perjuangan manusia ke arah kebahagiaan akhirat akan menjadi nihil.
Manusia adalah mahluk pemilih, sejak lahir sampai dewasa manusia selalu dihadapkan pada sebuah pilihan hidup termasuk juga kebahagiaan. Orang bijak mengatakan “Jangan sekali-kali mengukur bajumu dengan ukuran orang lain” maksudnya kebahagian tidak bisa diukur dari kebahagiaan orang lain melainkan hanya kita yang dapat menciptakan dan mengukurnya untuk diri kita sendiri.
Alkisah suatu hari ada seseorang yang menghadap Abu Nawas, orang itu mengeluh bahwa rumahnya sangat tidak nyaman dan meminta solusi. Abu Nawas memberikan solusi untuk memasukan semua binatang ternaknya ke dalam rumah, dan alangkah kagetnya orang itu namun karena Abu Nawas terkenal kecerdasannya orang itupun mengikuti. Satu bulan berlalu, sesuai dengan perintah setiap mingunya binatang ternak itu di keluarkan dari rumahnya samapi akhirnya semua binatang keluar dan  orang itu sangat bahagia merasakan rumahnya lebih nyaman.
Kisah diatas menjelaskan bahwa kebahagiaan itu sebenarnya sangat sederhana, menerima semua yang ada dan tetaplah selalu bersyukur.

0 komentar:

 
TOP