Loading...
Sunday, January 24, 2016

Tata Cara Pernikahan Adat Jawa

Masyarakat jawa sejak dulu sampai sekarang ini selalu melestarikan adatnya, salah satu adat yang paling penting adalah pernikahan karena momen ini menjadi gerbang kehidupan baru bagi pasangan pengantin untuk memulai kehidupan bersama. Berbagai prosesi pernikahan banyak caranya dan setiap daerah memiliki cirikhas masing-masing, termasuk pernikahan adat jawa yang menjunjung tinggi budaya dan tata krama dalam mempersatukan kedua pasangan dan kedua keluarga.
Bagi anda yang mau menggunakan pernikahan adat jawa berikut gambaran cara prosesi pernikahan adat jawa yang umum dilakukan masyarakat jawa sampai saat ini yang terbagi dalam 5 babak:
 

Babak Pertama: Pembicaraan

Tahap pembicaraan terbagi menjadi 4 bagian dimana tahap ini bertujuan untuk memperkenalkan calon sampai dengan melamar, berikut 4 tahap yang dimaksud:

1. Congkog

Dari pihak pria mengutus seorang perwakilan/duta untuk menanyakan status calon mempelai perempuan apakah sudah diikat orang atau masih sendiri.

2. Salar

Tahap ini hanya mempertegas dari acara Congkog yang bisa ditanyakan oleh perwakilan yang pertama kali menanyakan atau perwakilan yang kedua.

3. Nontoni

Setelah tahu mempelai wanita masih sendiri dan diberi lampu hijau bahwa pihak perempuan mau, maka orang tua, keluarga besar beserta calon mempelai pria datang berkunjung ke rumah calon mempelai wanita untuk saling "dipertontonkan". Dalam kesempatan ini orang tua dapat membaca mengenal lebih dekat kepribadian, bentuk fisik, raut muka, gerak-gerik dan hal lainnya dari si calon menantu.

4. Nglamar

Utusan dari orangtua calon mempelai pria datang melamar pada hari yang telah ditetapkan. Biasanya sekaligus menentukan waktu hari pernikahan dan kapan dilakukan rangkaian upacara pernikahan

Babak Kedua: Kesaksian

Babak pertama telah selesai dilaksanakan sampai dengan membicarakan tanggal pernikahan, selanjutnya yakni memberikan seserahan atau bantuan berupa material ke pihak mempelai wanita dengan tahapan sebagai berikut:

1. Srah-srahan

Seserahan bisa berupa cincin, seperangkat busana wanita, perhiasan, buah-buahan, daun sirih, makanan tradisional,  dan uang. Seserahan bertujuan untuk melancarkan pelaksanaan acara hingga acara selesai dengan barang-barang yang masing-masing mempunyai arti dan makna mendalam di luar dari materinya.

2. Peningsetan

Penanda untuk menunjukan kuatnya ikatan diwujudkan dengan tukar cincin oleh kedua calon mempelai.

3. Asok Tukon

Penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keluarga pengantin wanita.

4. Paseksen

Yaitu proses permohonan doa restu dan yang menjadi saksi acara ini adalah mereka yang hadir. Selain itu, juga ada pihak yang ditunjuk menjadi saksi secara khusus yang mendapat ucapan terima kasih yang dinamakan Tembaga Miring (berupa uang dari pihak calon besan).

5. Gethok Dina

Penentuan hari ijab kabul dan resepsi. Biasanya melibatkan seseorang yang ahli dalam memperhitungkan hari, tanggal, dan bulan yang baik atau kesepakatan dari kedua belah pihak saja.

Babak Ketiga: Siaga

Setelah semua materi dirasa cukup dan hari pernikahan sudah ditetukan, maka tahap ketiga yakni mempersiapkan segala hal teknis yang menyangkut acara pernikahan.

1. Sedhahan

Mencakup pembuatan hingga pembagian surat undangan.

2. Kumbakarnan

Pembentukan panitia hajatan dengan mengundang sanak saudara, keluarga, tetangga, dan kenalan. Termasuk membicarakan rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana.

3. Jenggolan atau Jonggolan

Agar perkawinan diakui negara dan sah secara hukum maka calon mempelai melapor ke KUA. Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan, artinya memberitahukan dan melaporkan pada pihak kantor pencatatan sipil bahwa akan ada hajatan pernikahan yang dilanjutkan dengan pembekalan pernikahan.

Babak Keempat: Rangkaian Upacara

Pada babak ini masuk pada persiapan inti acara pernikahan seperti membuat kembang mayang yakni karangan bunga yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun pohon kelapa. Juga penyiapan tarub dan dekorasi untuk acara pernikahan.

1. Pasang Tratag dan Tarub

Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di sisi tratag serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi agar terlihat meriah. Bila ingin dilengkapi, boleh dilanjutkan dengan uba rambe selamatan dengan sajian makanan nasi uduk, nasi asahan, nasi golong, kolak ketan, dan apem.

2. Kembar Mayang

Sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Benda ini biasa menghiasi panti/ asasana wiwara yang digunakan dalam acara panebusing kembar mayang dan upacara panggih. Bila acara sudah selesai, kembar mayang akan dibuang di perempatan jalan, sungai, atau laut agar kedua mempelai selalu ingat asal muasalnya.

3. Pasang Tuwuhan (Pasren)

Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang melambangkan isi alam semesta dan memiliki makna tersendiri dalam budaya Jawa dipasang di pintu masuk tempat duduk pengantin atau tempat pernikahan.

4. Siraman

Upacara Siraman mengandung arti memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih dan suci lahir dan batin. Tahapan-tahapannya antara lain; calon mempelai mohon doa restu kedua orangtuanya, lalu mereka (calon mempelai pria dan wanita) duduk di tikar pandan, kemudian disiram oleh pinisepuh, orangtua, dan orang lain yang ditunjuk. Terakhir, calon mempelai disiram air kendi oleh bapak ibunya sambil berkata "Niat Ingsun ora mecah kendi nanging mecah pamore anakku wadon" dan kendi kosongnya dipecahkan ke lantai.

5. Adol Dhawet (Jual dawet)

Usai siraman, dilakukan acara jual dawet. Penjualnya adalah ibu calon pengantin wanita yang dipayungi oleh ayah calon pengantin wanita. Pembelinya yaitu para tamu yang hadir, yang menggunakan pecahan genting sebagai uang.

6. Paes

Upacara menghilangkan rambut halus yang tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih dan wajahnya bercahaya, kemudian merias wajah calon pengantin. Paes sendiri menyimbolkan harapan kedudukan yang luhur diapit lambing bapak ibu dan keturunan.

7. Midodareni

Upacara Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik Dewi Widodari. Orangtua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab sang suami.

8. Selametan

Berdoa bersama untuk memohon berkah keselamatan menyongsong pelaksanaan ijab kabul dan akad nikah.

9. Nyantri atau Nyatrik

Upacara penyerahan dan penerimaan dengan ditandai datangnya calon pengantin pria berserta pengiringnya.
Dalam acara ini calon pengantin pria mohon diijabkan. Atau kalau acara ijab diadakan besok, kesempatan ini dimanfaatkan sebagai pertemuan perkenalan dengan sanak saudara terdekat di tempat mempelai pria. Bila ada kakak perempuan yang dilangkahi, acara penting lainnya yaitu pemberian restu dan hadiah yang disesuaikan kemampuan mempelai dalam Plangkahan.

Babak Kelima: Puncak Acara

Babak terakhir adalah puncak acara yang menandakan menyatunya kedua insan untuk menjadi pasangan suami istri. Berikut urutan pada acara inti pernikahan:

1. Upacara Ijab

Sebagai prosesi pertama pada puncak acara ini adalah pelaksanaan ijab yang melibatkan pihak penghulu dari KUA. Setelah acara ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah, maka kedua mempelai resmi menjadi suami istri.

2. Upacara Panggih

Setelah upacara ijab selesai, kemudian dilanjutkan dengan upacara panggih yang meliputi:

• Liron kembar mayang atau saling menukar kembang mayang dengan makna dan tujuan bersatunya cipta, rasa, dan karsa demi kebahagiaan dan keselamatan.

• Gantal atau lempar sirih dengan harapan semoga semua godaan hilang terkena lemparan itu.

• Ngidak endhog atau pengantin pria menginjak telur ayam kemudian dibersihkan atau dicuci kakinya oleh pengantin wanita sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.

• Minum air degan (air buah kelapa) yang menjadi lambang air suci, air hidup, air mani dan dilanjutkan dengan di-kepyok bunga warna-warni dengan harapan keluarga mereka dapat berkembang segala-segalanya dan bahagia lahir batin.

• Masuk ke pasangan bermakna pengantin menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.

• Sindur yaitu menyampirkan kain (sindur) ke pundak pengantin dan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan dengan harapan keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi tantangan hidup.


Setelah upacara panggih, kedua mempelai diantar duduk di sasana riengga. Setelah itu, acara pun dilanjutkan.

• Timbangan atau kedua pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin wanita sebagai simbol sang ayah mengukur keseimbangan masing-masing pengantin.

• Kacar-kucur dijalankan dengan cara pengantin pria mengucurkan penghasilan kepada pengantin perempuan berupa uang receh beserta kelengkapannya. Simbol bahwa kaum pria bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarga.

• Dulangan atau kedua pengantin saling menyuapi. Mengandung kiasan laku perpaduan kasih pasangan laki-laki dan perempuan (simbol seksual). Ada juga yang memaknai lain, yaitu tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng.

3. Upacara Babak Kawah

Upacara ini khusus untuk keluarga yang baru pertama kali hajatan mantu putri sulung. Ditandai dengan membagi harta benda seperti uang receh, beras kuning, umbi-umbian dan lain-lain.

4. Tumplek Punjen

Numplak artinya menumpahkan, punjen artinya berbeda beban di atas bahu. Makna dari Tumplek Punjen yaitu lepas sudah semua darma orangtua kepada anak. Tata cara ini dilaksanakan bagi orang yang tidak akan bermenantu lagi atau semua anaknya sudah menikah.

5. Sungkeman

sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta mohon doa restu.

6. Kirab

adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana.

Source: www.weddingku.com

0 komentar:

 
TOP